January 19, 2013

Bunga Dalam Mulut (2009)

Karya        : Luigi Pirandello
Sutradara   : Abdul Aziz Wahyudi
Pementas   : Astari Kusumawardhani & Siti Fatimah Ningrum

WANITA SAKIT :
 Ah, sudah kelihatan ! (Jeda )
    Anda memang orang yang sangat tenang.. Anda ketinggalan kereta?

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
     Satu menit saja, bayangkan !
     Aku sampai di stasiun dan kulihat keretanya berangkat, di depan mata!

WANITA SAKIT:
     Anda kan bisa lari mengejarnya!

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
     Tentu. Memang konyol. Aku tahu. Ya ampun, seandainya bawaanku tidak sedemikian banyaknya.  Bungkusan-bungkusan besar, kecil... Penuh muatan seperti keledai! Dasar laki – laki… belanja, belanja tidak ada habisnya seperti wanita saja. Ya. Tiga menit untuk turun dari taxi, untuk mencantolkan simpul tali bungkusan-bungkusan  itu ke jariku! Dua bungkusan tiap jari!

WANITA SAKIT:
      Itu pasti kelihatan lucu! Seandainya itu aku. Anda tahu apa yang akan kulakukan?
      Akan kutinggalkan semua itu di taxi!

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Lalu bagaimana dengan suamiku Ya, Benar!
      Dan putri - putriku? Dan teman-temannya ?

WANITA SAKIT
      Dan omelan mereka! Tidak kupedulikan!

NYONYA KETINGGALAN KERETA
      Itu karena Anda tidak tahu bagaimana sifat laki-laki saat liburan di desa!

WANITA SAKIT
      Tahu, tahu sekali! Itu justru karena aku tahu. ( Jeda)
      Mereka selalu berkata bahwa mereka tidak akan mebutuhkan apapun.

NYONYA KETINGGALAN KERETA
    Itu saja? Mereka bahkan lebih pintar beralasan bahwa mereka pergi kesana untuk mengirit. Lalu begitu tiba di salah satu desa di sekitar, semakin jelek desa itu, semakin kumuh, jorok, semakin mereka mencurahkan seluruh tenaga mereka  untuk mendandani kota itu dengan mengandalkan kekuatan seluruh tenaga mereka yang sangat menggebu - gebu! Ah, Nyonya, Laki-laki gitulah! Dan itu memang pekerjaan mereka . “kamu bias ke kota sebentar, Sayang!  Aku perlu ini… itu… dan bila tidak merepotkan  manis sekali..”Bila tidak merepotkan” ini… dan mumpung sekalian di sana, sekalian lewat…Kamu ini bagaimana, sayang, bagaimana dalam tiga jam aku bisa merampungkan semua itu?  –Oh!...  kamu bilang apa? Naik taxi…! Celakanya lagi, karena aku hanya pergi selama tiga jam, aku tidak mebawa kunci rumah..!

WANITA SAKIT:
      Ya ampun? …. Terus?

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
     Kutinggalkan tumpukan paket dan bungkusan itu di penitipan barang di stasiun. Lalu aku makan malam di sebuah restoran kecil, kemudian, untuk menghilangkan kekesalanku, aku pergi menonton sandiwara. Disana panasnya minta ampun! Keluar dari sana, apa yang bisa saya lakukan, coba apa, menurut Anda? Sudah tengah malam, Jam  empat  aku  haru naik kereta pertama.  Apa  gunanya membayar hotel hanya untuk tidur tiga jam? Itulah sebabnya aku kemari. (Jeda) Aku tidak mengganggu ‘kan?

WANITA SAKIT:
      Tidak, Nyonya. (Jeda)                                                                                                                 Anda tinggalkan semua barang-barang Anda di penitipan di stasiun?

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Kenapa Anda menanyakan itu? Apa kelihatannya tidak aman?   
      Bungkusan-bungkusan itu diikat rapi…!

WANITA SAKIT:    
      Tidak, tidak! Bukan itu yang ingin aku katakan! (Jeda)  diikat rapi… aku dapat membayangkannya dengan baik ; dengan seni tersendiri, para pelayan toko membungkus barang… (Jeda) Tangan-tangan yang terampil! Selembar kertas merah berlapis, sangat     halus…   melihat saja sudah       merupakan kenikmatan… sedemikian halusnya, sehingga membuat orang yang ingin menempelkan pipinya untuk merasakan belaiannya…
      Mereka membentangkannya diatas meja, kemudian, dengan gerakan yang kelihatan mudah, mereka meletakkan kain yang ringan, terlihat rapi, ditengahnya. Pertama-tama, dengan punggung tangan,  mengangkat  dan melipat  satu  sisinya keatas, kemudian di atasnya, mereka lipatkan sisi lainnya, dan bahkan, dengan cetakan mereka membuat sebuag lipatan kecil tambahan, begini, sebagai tambahan hanya untuk seni; kemudian kedua ujungnya mereka bikin segitiga lalu mereka tekuk ke   bawah; mereka lalu menjulurkan tangannya kearah gulungan tali, menariknya seperlunya untuk mengikat bungkusan itu, dan mengikatnya dengan sedemikian cepatnya, sehinga   sebelum   Anda bisa mengagumi ketrampilan mereka, bungkusan itu sudah disodorkan kepada Anda, dengan simpulnya yang siap dicantolkan ke jari Anda.    

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Ah! Kelihatannya anda suka sekali memperhatikan para pelayan toko…

WANITA SAKIT :
     Aku? Nyonya yang baik, kulewatkan hari-hariku di sana. Aku mampu berdiri tanpa bergerak sedikit pun, selama satu jam, didepan etalase untuk menonton toko dari luar. Di situ aku melupakan diriku sendiri. Aku rasanya menjadi kain itu, ingin sekali menjadi kain sutra itu, disitu… kain drill itu…pita merah atau biru itu, yang setelah diukur oleh gadis pelayan toko pita itu, dengan menggunakan batang meteran ──Anda pernah lihat bagaimana mereka melakukannya?  ─   Lalu digulung di ibu jari dan kelingking tangan kirinya, dalam bentuk angka delapan, sebelum kemudian dibungkus.  ( Jeda) Kuperhatikan pelanggan pria atau wanita  yang keluar dari toko, dengan bungkusan tergelantung di jari, di tangan, atau di lengan… Kuikuti mereka dengan pandanganku, hingga tidak tampak lagi.. sambil berangan-angan..Oh! semua yang bisa  kuangan-angankan! Anda tidak bisa membayangkannya.
      ( Jeda. Kemudian dengan hati-hati, seoalah berbicara kepada dirinya sendiri: )       Tapi aku memerlukannya… aku perlu itu!

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Perlu? Maaf, perlu.. apa?

WANITA SAKIT :
      Mempunyai pandangan didalam kehidupan ─ maksudku melalui angan-angan.   Seperti tumbuhan merambatdi batang- batang pagar. ( Jeda )Ah, tidak boleh   membiarkan angan-angan berhenti sejenak pun  ─ tempel, tempel terus kehidupan orang lain, melalui angan-angan… Tapi jangan orang yang aku kenal. Jangan, jangan! Untuk orang-orang itu aku tidak bisa! Menimbulkan kesusahan. Seandainya saja Anda tahu, rasa mual.
      Kehidupan orang yang tidak kukenal, yang bisa kuangan-angankan  sebebasnya, namun yang tidak aneh-aneh, sebaliknya, berdasarkan tanda-tanda kecil yang kutemukan pada orang ini atau oaring itu.  Seandainya saja Anda tahu bagaimana angan-anganku bekerja, sejauh mana aku berhasil masuk ke kediaman orang lain! Aku bisa melihat rumah orang ini atau orang itu, aku tinggal didalamnya, aku merasakannya, benar! Bahkan hingga mencium baunya… Anda tahu, bau khas yang mengeram di setiap  rumah, di rumah Anda, dirumahku? Tapi dirumah kita, kita tidak bisa membauinya lagi! Karena itu adalah bau kehidupan kita sendiri…..                                                           
      Anda mengerti apa yang kukatakan? Ah, Kulihat Anda yang mengiyakannya...  


NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Ya, karena ..maksudku…
      Anda pasti menikmati, mengangan-angankan, sedemikian banyak hal...

WANITA SAKIT :
      (Dengan rasa kesal, setelah berpikir sebentar)
      Nikmat? Aku?

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Ya… kubayangkan…

WANITA SAKIT :    
      Tolong katakana kepadaku. Anda pernah periksa ke dokter yang baik?

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Aku…belum, kenapa? Aku tidak sakit!

WANITA SAKIT :
      Tidak, jangan khawatir! Aku bertanya demikian kepada Anda hanya untuk mengetahui apakah anda pernah melihat ruang tunggu di tempat dokter-dokter  yang baik itu, tempat para pelanggan menunggu giliran untuk diperiksa.

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Ya, Aku pernah sekali mengantar salah satu putriku yang menderita gangguan syaraf.
                            
WANITA SAKIT :    
     Bagus. Aku tidak ingin tahu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa ruangan-ruangan itu..(Jeda)Anda pernah memperhatikannya? Dipan kain berwarna gelap,  model kuno.. kursi yang sudah dijejali busa lagi, sering tidak utuh lagi..kursi-kursi berlengan... itu semua dibeli secara kebetulan, mebel bekas diletakkan disana untuk para pelanngan, tidak merupakan bagian dari rumah. Tapi untuknya, untuk teman-teman suaminya, dokter itu mempunyai ruang duduknya sendiri yang jauh berbeda, indah, mewah,. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana kursi atau kursi berlengan di klinik itu akan mengeluarkan sumpah serapah aeandainya digotong ke ruang tunggu, tempat mebel yang sederhana, tahu diri dan layak, sudahlah sangat cukup. Aku ingin tahu apakah waktu anda mengantar putri Anda, anda memperhatikan kursi berlengan tempat Anda duduk saat itu untuk menunggu..?

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Aku?  Terus terang saja, tidak…

WANITA SAKIT  :
      Ya sudah barang tentu, karena anda tidak sakit ..(Jeda) Tapi orang-orang yang sakit pun terkadang tidak memikirkannya juga. Karena pikirannya terserap pada penyakit mereka. (Jeda)  Meskipun  sering  beberapa  diantaranya  terpana disana,   memandangi jari-jarinya yang seolah mengatakan bahwa lengan kursi yang mereka duduki itu tidak ada gunanya, lengan kursi yang halus karena usang itu. Mereka memikirkannnya tapi tidak melihatnya. (Jeda)  Namun, apa yang kita rasakan saat keluar dari ruang periksa, lalu melintasi ruang tunggu dan kemudian melihat kursi yang baru saja kita duduki itu, saat kita tadi menunggu vonis penyakit apa yang kita idap, yang hingga saat itu belum kita ketahui! Saat melihatnya kembali sudah diduduki oleh pelanggan lain, juga dengan penyakit rahasianya, atau mungkin masih kosong, disana, tanpa ekspresi, menunnggu orang lain datang mendudukinya, siapa pun juga. (jeda)                                                                                                    
    Tapi, sampai dimana kita tadi? …Oh, ya …Kenikmatan dalam berangan-angan! Siapa tahu…kenapa aku langsung berpikir pada salah satu kursi itu, di ruang para pelanngan menunggu giliran diperiksa?

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Ya,… tentu, tapi…

WANITA SAKIT :
     Anda tidak melihat kaitannya? Aku juga tidak. ( Jeda ) Tapi itu karena beberapa penggabungan angan-angan yang saling berjauhan satu dengan lainnya sangatlah khas pada setiap orang, dipengaruhi oleh penalaran dan pengalaman-pengalaman khusus, yang tidak akan dapat saling dimengerti bila kita tabu membicarakannya. Analogi-analogi ini sering paling tidak nalar. (Jeda) Namun hubungannya barangkali disini, denmgarkan aku baik-baik! Apakah kursi itu mendapat kenikmatan dalam mengangan-angankan siapa nyonya yang baru saja mendudukinya itu. Atau kemana ia akan pergi. Apa yang akan ia lakukan setelah diperiksa dokter? –Tidak ada kenikmatan sedikit pun. Sama juga denganku, tidak ada sama sekali! Banyak pelanggan datang dan, kursi-kursi malang itu, mereka disana untuk diduduki. Dan, pendudukan ini serupa dengan yang terjadi padaku. Terkadang ini yang menguasaiku, terkadang itu. Saat ini, Andalah yang sedang mendudukiku, dan percayalah kepadaku bahwa aku tidak merasakan kenikmatan apa pun dalam memikirkan kereta yang telah meninggalkan anda, keluarga yang sedang menunggu Anda di desa, semua masalah yang kelihatannya ada pada diri anda.

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Oh, masalahku banyak, seandainya saja Anda tahu !

WANITA SAKIT :
      Bersyukurlah kalau hanya masalah saja. (Jeda) Ada yang lebih menyedihkan lagi, nyonya. (Jeda) Tadi Kukatakan bahwa aku perlu berpegangan pada kehidupan orang-orang lain melalui angan-angan, tapi begitu saja, tanpa kenikmatan, tanpa menaruh perhatian padanya sedikit pun, sebaliknya, untuk.. untuk.. merasakan kesusahan, untuk mengatakan bahwa kehidupan itu sedemikian hambar dan sia-sia, sehingga benar-benar tidak ada gunanya bagi siapapun untuk merasakannya hingga akhir. (Dengan kemarahan yang suram:) Dan itu perlu dibuktikan, Anda tahu kan? Melalui bukti-bukti dan contoh-contoh yang tiada habisnya… Kepada diri kita sendiri, tidak dapat dipungkiri lagi. Sebab Nyonya, walau kita tidak tahu selera hidup itu terbuat dari apa, tapi ia ada! Kita semua merasakannya ada disana, seperti kecemasan yang mencekik leher kita, tidak pernah terpuaskan, yang tidak akan pernah dipuaskan, karena hidup, bahkan di saat kita hidup di dalamnya, selalu sedemikian rakus terhadap dirinya sendiri sehingga ia tidak bisa dinikmati. Kenikmatannya berada dimasa lampau, yang tetap hidup di dalam  kita. Selera hidup kita berasal dari sana, dari kenangan-kenangan yang merantai kita. Tapi dirantai dari apa? Pada kebodohan ini? Pada kesusahan-kesusahan ini? Pada bayang-bayang palsu tolol ini? …pada pikiran-pikiran konyol…? Ya, ya. Yang sekarang ini merupakan kebodohan..! Yang sekarang  ini merupakan masalah … dan aku bahkan berani mengatakan yang sekarang ini bagi kita merupakan kesengsaraan! benar-benar kesengsaraan… sesempurnanya kesengsaraan, dalam waktu empat, lima, sepuluh tahun , siapa bisa mengatakan kenikmatan seperti apa yang bisa dirasakan darinya… kenikmatan seperti apa yang dihasilkan air mata ini..? Dan kehidupan, ya. Tuhan, baru memikirkan bahwa kita akan kehilangannya saja sudah… (Jeda) terutama bila  kita tahu bahwa itu hanya dalam bilangan hari saja…( Saat itu dari sudut kanan, laki-laki berpakian hitam menlongokkan kepanya untuk mengintip) Itu dia… Anda lihat di sana? Disana. Kataku, di sudut …Anda lihat bayang-bayang laki-laki itu? ( Jeda) Ah, terlambat, ia bersembunyi!

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Apa? Siapa… siapa tadi?

WANITA SAKIT :
      Anda tidak melihatnya? Ia telah bersembunyi…

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Seorang laki - laki?

WANITA SAKIT :
      Iya…! suamiku!

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Ah? Suami anda?

WANITA SAKIT :
     (Setelah jeda sebentar) Ia selalu mengawasiku dari jauh. Dan, percayalah, terkadang aku ingin sekali menedangnya untuk mengusirnya. Tapi itu tidak akan ada gunanya. Ia seperti seekor anjing yang tidak bertuan, keras kepala, semakin ditendang, semakin menempel di kaki Anda. (Jeda) Betapa menderitanya laki-laki ini karenaku. Anda tidak dapat membayangkannya. Ia tidak makan, tidak tidur juga. Selalu mengikutiku, siang malam, seperti itu dari jauh. Seandainya saja ia mau membersihkan debu yang menempel di topi yang ia kenakan, dan di pakaiannya… Ia tidak lagi menyerupai laki-laki, tapi lebih mirip kain lap! Rambutnya berdebu, keningnya juga, dan itu terus saja begitu… Padahal usianya belum ada tiga puluh empat. (Jeda) Anda pasti tidak percaya betapa ia menjengkelkanku. Kuberlari menghampirinya dan aku berteriak tepat di depan wajahnya sambil mengguncangnya: Goblog! “. Ia sanggup menerima semua itu. Ia diam disana, menatapku dengan pandangan… dengan pandangan yang sumpah, membuat tanganku sangat gatal untuk mencekiknya. Tidak ada gunanya. Ia menungguku pergi untuk kemudian mulai mengikutiku lagi dari jauh. (Saat itu juga laki-laki itu kembali menonjgolkan kepalanya).                                                        
      Itu, lihat…! Ia masih menjulurkan kepala di tikungan…!

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Lelaki malang!

WANITA SAKIT :
Apa, lelaki malang? Yang ia inginkan, Anda tahu, yaitu agar aku tinggal di rumah, tenang tenteram, agar kubiarkan diriku dimanjakan oleh perhatiannya  yang paling lembut, paling bergairah, agar aku menikmati tatanan sempurna semua ruang, kebersihan semua mebel, kesunyian sesunyi cermin yang dulu menguasai tempat tinggalku, yang diberi aba-aba oleh bunyi tik-tik jam gandul yang berada diruang makan –itu yang ia inginkan! 
Kini kutanya kepada anda, anda, agar anda bisa mengerti kekonyolan.. Oh      bukan apa yiang kukatakan, kekonyolan!.....kebengisan yang menyeramkan dari keangkuhan ini! Kutanya Anda apakah Anda percaya bahwa rumah-rumah di kota itu, rumah-rumah disana, kalau mereka tahu bahwa gempa bumi akan menghancurkannya, apa mereka akan tetap tenang di bawah sinar rembulan, berderet sepanjang jalan dan di bundera-bunderan, mentaati peta tata kota dinas tata kota. Rumah-rumah itu, ya, Tuhan! Walau terbuat dari batu dan kayu, pasti mereka akan lari menyelamatkan diri! Dapatkah Anda membayangkan para penduduk kota itu, para penduduk disana, melepas pakaian mereka dengan tenang untuk bersiap siap tidur, melipat pakaian mereka, menaruh sepatu mereka didepan pintu dan menyusup ke bawah selimut, menikmati kesegaran spreinya yang putih bersih, bila mereka tahu beberapa jam lagi mereka akan mati. –Apa itu mungkin menurut anda?

NYONYA KETINGGALAN KERETA:
      Itu barangkali karena suami Anda…

WANITA SAKIT:
      Biar kukatakan kepada anda! Seandainya, Nyonya kematian itu seperti seekor serangga yang aneh, yang menjijikkan ini, yang tiba-tiba kita sadari menempel di kita.. Anda lewat: seorang lain yang juga lewat tiba-tiba menghentikan anda dan, dengan hari-hati menjulurkan dua jarinya dan berkata kepada anda: ‘maaf, diam, diam! Ada kematian, itu, menempel pada diri Anda.” Dan dengan dua jarinya, ia mengambilnya dan membuangnya. Betapa menyenangkan! Tapi kematian tidaklah seperti salah satu serangga yang menjijikan ini. Banyak orang yang berjalan-jalan dengan santai, dengan pikiran ditempat lain, barangkali telah dihinggapinya: tidak seorang pun melihatnya: dan mereka, mereka dengan tenang memikirkan tentang Apa yang akan mereka lakukan besuk, dan lusa. Sedangkan aku, (Ia berdiri) lihat, Nyonya..

Kemarilah.. (Ia menariknya bangun dan membawanya ke cahaya lampu jalan) Di sini, di bawah lampu ini.. sini.. akan kuperliharhatkan kepada anda sesuatu. Lihat kemari, di balik bibirku….. ini, Anda lihat tonjolan indah yang berwarna ungu ini? Anda tahu, apa namanya? Ah ! Nama yang sangat manis.. Lebih manis daripada kembang gula: EPITELIOMA, itu namanya. Ucapkanlah, Anda akan lihat betapa manisnya (Bersama-sama) EPI..TEL..IO..MA, Anda tahu? Kematian telah mampir.Ia menanamkan bunga ini di mulutku, dan berkata kepadaku: “Simpanlah, sobat: aku akan mampir lagi, satu sampai dua bulan lagi!” (Jeda) Jadi, katakanlah kepadaku, apakah dengan bunga ini di mulutku, aku bisa diam tenang-tenang di rumah, seperti yang diinginkan perempuan malang itu? (Jeda) Aku berteriak kepadanya: “Ah, begitu, kamu ingin aku menciummu?-    Ya, cium aku!” anda tahu apa yang ia lakukan ? Minggu lalu, ia melukai dirinya sendiri, di sini di atas mulut, dengan peniti, kemudian ia memegangi kepalaku dan mau mencimku.. mencimku di mulut…Karena, katanya, ia ingin mati bersamaku. (Jeda) Ia sudah gila… (Kemudian dengan marah :) Rumahku, aku tidak mau tinggal di sana. Aku, aku perlu berdiri di depan etalase toko, untuk mengagumi ketrampilan para  pelayan toko. Karena Anda tahu… Bila didalam diriku terjadi kekosongan, sekejap saja… Anda tahu, aku mampu dengan sangat mudah membunuh seseorang yang tidak kukenal…mengeluarkan pistolku dan membunuh seseorang yang, karena sial nasibnya, telah ketinggalan keretanya seperti Anda…(ia tertawa). Tidak, tidak jangan takut, Nyonya, aku hanya bercanda. (Jeda) aku pegi dulu. (Jeda) Aku akan membunuh diriku sendiri, kalau memang perlu… (Jeda) Tapi, saat ini sedang banyak buah aprikot yang enak… Anda, tahu bagaimana cara Anda memakannya? Bersama kulitnya, kan? Dibelah di tengahnya: dipencet dengan dua jari, arah memanjang… seperti dua bibir basah… Ah betapa lezatnya ! (Ia tertawa. Jeda)

      Sampaikan hormat saya kepada suami Anda juga putri - putri Anda, di desa.     (Jeda) kubayangkan mereka mengenakan pakaian putih dan biru, di sebuah padang rumput yang indah, di keteduhan… (Jeda) Dan tolong Bantu aku,      besok pagi. Saat anda sampai. Kubayangkan desanya agak jauh dari stasiun. Waktu fajar, Anda dapat pulang jalan kaki. Tolong hitung jumlah tangkai yang terdapat di sebuah rumpun semak yang pertama kali Anda jumpai. Sebanyak tangkai, sebanyak itu pula sisa hari hidupku. ( Jeda) Tapi pilihlah rumpun yang rimbun, tolong, (Ia tertawa, lalu:) Selamat malam, Nyonya.

No comments:

Post a Comment