Di
entah berantah
Kamu bersembunyi.
Di balik sunyi dan sepi menyelimuti.
Meninggalkan aku yang terluka hati.
Perih tanpa merintih.
-
Alam semesta mempertanyakan keberadaanmu. Aku hanya bisa terdiam lebih dari 1000 bahasa.
Aku tak punya jawaban pasti, karena aku pun tak tahu pasti. Mengapa semua jadi serba tak pasti?
Namun, aku harus menyakinkanmu, bahwa
terkadang alur cerita tak selalu harus memiliki akhir.
Kita pun belum tentu pasti. Mengapa sudah membicarakan soal akhir yang tak pasti?
Sanggup?
Membiarkan sesuatu menjadi tanda tanya itu kadang seru, kadang saru. Semua melontarkan tanya. Sibuk mencari kepastian. Biarkan. Kelabui mereka. Biarkan rasa penasaran itu membara. Kita cukup diam. Lalu, biarkan mereka membicarakan kita hingga kuping kita terbakar panas. Ada atau tak adanya jawaban itu pun mereka akan tetap bergunjing melampaui batas waktu, karena itu memang hobi mereka. Untuk hal ini, aku tahu pasti.
Kini, yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita sendiri sudah tahu jawabannya?
Apakah kita sudah siap dengan jawaban apapun itu?
Kita pun masih meraba. Kita pun masih mencari.
Tak usah hiraukan pada mereka. Ini 'kita' bukan 'mereka'.
-
Kamu, bersabarlah.
Kita tunggu tanggal mainnya.
Toh, ini hanya sekedar permainan rasa. Semua akan mendapatkan gilirannya. Mungkin kita sedang diuji. Entahlah ini bisa dibilang apa, sengsara ataukah bahagia. Yang pasti, kita harus tak bosan menanti.
Saranku kepadamu,
selami aku dari persembunyianmu. Cari tahu apa yang aku mau. Lebih dalam lagi. Lebih lagi. Lebih, lebih dan lebih.
Begitu juga sebaliknya aku kepadamu. Sampai berjumpa di titik temu yang masih tak pasti! Buat ia menjadi pasti. Untuk kita.
Satu hal lagi,
percayakan saja semuanya kepadaku.
Kau akan tetap aman di persembunyianmu.
Salam,
Aku
yang masih tak dapat menyebutkan namamu