Ini tentang buku hitam milik saya.
Buku yang sejak awal tahun 2010 ini menemani saya. Buku hitam yang bukan hanya mencatat tentang 'kejahatan' saya, tetapi keseluruhan yg terjadi sejak januari awal yang lalu.
Dia pengganti buku hijau saya.
Buku yang penuh dengan coretan tangan tak penting, yang bagi saya (saat itu) penting. Bukti bersejarah, bahwa saya hadir di dunia ini. Bukti kesistensi saya.
Bukti kehadiran saya di belahan dunia lainnya. Penuh dengan kenangan.
saya terus menulis.
Menulis tentang teman-teman saya, sambil mengingat hal-hal yang bahagia.
Dan menghighlight hal-hal yang saya anggap penting.
Terkadang saya baca kembali, mengingat hal-hal yang telah lalu. Sambil tertawa atau tanpa ekspresi. Atau saya mengomentari tulisan saya yang bak ceker ayam itu. Makin hari makin ceker ayam.
Tak peduli.
Saya ingin terus menulis.
To-do-list saya hari ini begitu banyak. Tapi saya masih saja menulis yang lain entah apa saja itu, yang ada dalam pikiran saya.
Tulisan yang sudah di stabilo berarti sudah saya kerjakan. Sebuah perintah yang saya buat untuk diri sendiri. Buku hitam ini adalah pengingat saya.
Tak jarang saya sering bertanya.
Tanpa perlu mendapat jawabannya. Pertanyaan itu menjadi pekerjaan rumah yang perlu saya cari apa jawabannya.
Buku hitam ini tempat saya mengekspresikan apa saja yang saya pikirkan.
Saya rindu menggambar. Lantas menggambarlah saya.
Dan terus menggambar.
Saya jenuh. Lalu saya menggambar. Mengisi kekosongan lembar demi lembar bersama teman-teman tercinta.
Saya bosan menggambar lalu saya menulis dibawahnya.
Lalu, saya kembali mendengarkan dosen sebentar.
… aufklärung ist der Ausgang des Menschen aus seiner selbstverschuldeten Unmündigkeit. Unmündigkeit ist das Unvermögen, sich seines Verstandes ohne Leitung eines anderen zu bedienen…
Pencerahan. Sudahkah saya mendapatkannya?
Bin ich aufgeklärt?
Bosan. Saya kembali menggambar.
Ini gambar kamar saya dan cikem, teman sekelas saya yang juga sahabat saya. Kamar saya terlalu rumit ternyata. Ya, sudahlah. Tapi nanti harus diceritakan dengan bahasa jerman, lalu bagaimana cara mendeskripsikannya agar lebih simpel? Ini kelas sprache.
Hampir semua isi buku ini berhubungan dengan jerman. Hidup saya penuh dengan jerman. Saya tidak mau ke jerman. Saya mau ke austria saja. Ayo, terbangkan saya kesana. Saya bosan disini. Bosan berusaha menyukai sesuatu yang sebenarnya tidak saya sukai. Dasar munafik.
Saya tidak ingin seperti immanuel kant (random). Tapi dia mengingatkan saya pada seseorang. Seseorang yang saya cintai. Seseorang yang saya kagumi dan saya rasa dia hampir sempurna. Sayang sudah tak di sini.
Lalu, saya menulis puisi. Tentang apa saja yg mempertanyakan dan ditanyakan. Segala bentuk kata tanya.
sabtu, 2 April 2010~