Sutradara : Abdul Aziz Wahyudi
Pementas : Astari Kusumawardhani & Siti Fatimah Ningrum
WANITA SAKIT :
Ah, sudah kelihatan ! (Jeda )
Anda memang orang yang sangat tenang.. Anda ketinggalan kereta?
NYONYA
KETINGGALAN KERETA:
Satu menit saja, bayangkan !
Aku sampai di stasiun dan kulihat
keretanya berangkat, di depan mata!
WANITA
SAKIT:
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Tentu. Memang konyol. Aku tahu. Ya ampun, seandainya
bawaanku tidak sedemikian
banyaknya. Bungkusan-bungkusan besar,
kecil... Penuh muatan seperti keledai! Dasar laki – laki… belanja,
belanja tidak ada habisnya seperti
wanita saja. Ya. Tiga menit untuk turun dari taxi, untuk mencantolkan
simpul tali bungkusan-bungkusan itu ke
jariku! Dua bungkusan tiap jari!
WANITA SAKIT:
Itu pasti kelihatan lucu!
Seandainya itu aku. Anda tahu apa yang akan kulakukan?
Akan kutinggalkan semua itu
di taxi!
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Lalu bagaimana dengan suamiku
Ya, Benar!
Dan putri - putriku? Dan
teman-temannya ?
WANITA SAKIT
Dan omelan mereka! Tidak
kupedulikan!
NYONYA KETINGGALAN KERETA
Itu karena Anda tidak tahu
bagaimana sifat laki-laki saat liburan di desa!
WANITA SAKIT
Tahu, tahu sekali! Itu justru
karena aku tahu. ( Jeda)
Mereka selalu berkata bahwa
mereka tidak akan mebutuhkan apapun.
NYONYA KETINGGALAN KERETA
Itu saja?
Mereka bahkan lebih pintar beralasan bahwa mereka pergi kesana untuk mengirit.
Lalu begitu tiba di salah satu desa di sekitar, semakin jelek desa itu, semakin
kumuh, jorok, semakin mereka mencurahkan seluruh tenaga mereka untuk mendandani kota itu dengan mengandalkan kekuatan seluruh
tenaga mereka yang sangat menggebu - gebu! Ah, Nyonya, Laki-laki gitulah! Dan itu memang pekerjaan
mereka . “kamu bias ke kota sebentar, Sayang!
Aku perlu ini… itu… dan bila tidak merepotkan manis sekali..”Bila tidak merepotkan” ini…
dan mumpung sekalian di sana, sekalian lewat…Kamu ini bagaimana, sayang,
bagaimana dalam tiga jam aku bisa merampungkan semua itu? –Oh!...
kamu bilang apa? Naik taxi…! Celakanya
lagi, karena aku hanya pergi selama tiga jam, aku tidak mebawa kunci rumah..!
WANITA SAKIT:
Ya ampun? …. Terus?
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Kutinggalkan tumpukan paket dan bungkusan itu di penitipan barang di
stasiun. Lalu aku makan malam di sebuah restoran kecil, kemudian, untuk
menghilangkan kekesalanku, aku pergi menonton sandiwara. Disana panasnya minta
ampun! Keluar dari sana, apa yang bisa saya lakukan, coba apa, menurut Anda?
Sudah tengah malam, Jam empat aku
haru naik kereta pertama.
Apa gunanya membayar hotel hanya
untuk tidur tiga jam? Itulah sebabnya aku kemari. (Jeda) Aku tidak mengganggu ‘kan?
WANITA SAKIT:
Tidak, Nyonya. (Jeda) Anda tinggalkan semua barang-barang Anda di penitipan di stasiun?
NYONYA
KETINGGALAN KERETA:
Kenapa Anda menanyakan itu?
Apa kelihatannya tidak aman?
Bungkusan-bungkusan itu
diikat rapi…!
WANITA SAKIT:
Tidak,
tidak! Bukan itu yang ingin aku katakan! (Jeda) diikat rapi… aku dapat membayangkannya dengan
baik ; dengan seni tersendiri, para pelayan toko membungkus barang… (Jeda)
Tangan-tangan yang terampil! Selembar kertas merah berlapis, sangat halus… melihat saja sudah merupakan kenikmatan… sedemikian halusnya,
sehingga membuat orang yang ingin menempelkan pipinya untuk merasakan
belaiannya…
Mereka membentangkannya diatas meja, kemudian, dengan gerakan yang kelihatan mudah, mereka meletakkan kain yang ringan, terlihat rapi, ditengahnya. Pertama-tama, dengan punggung tangan, mengangkat dan melipat satu sisinya keatas, kemudian di atasnya, mereka lipatkan sisi lainnya, dan bahkan, dengan cetakan mereka membuat sebuag lipatan kecil tambahan, begini, sebagai tambahan hanya untuk seni; kemudian kedua ujungnya mereka bikin segitiga lalu mereka tekuk ke bawah; mereka lalu menjulurkan tangannya kearah gulungan tali, menariknya seperlunya untuk mengikat bungkusan itu, dan mengikatnya dengan sedemikian cepatnya, sehinga sebelum Anda bisa mengagumi ketrampilan mereka, bungkusan itu sudah disodorkan kepada Anda, dengan simpulnya yang siap dicantolkan ke jari Anda.
Mereka membentangkannya diatas meja, kemudian, dengan gerakan yang kelihatan mudah, mereka meletakkan kain yang ringan, terlihat rapi, ditengahnya. Pertama-tama, dengan punggung tangan, mengangkat dan melipat satu sisinya keatas, kemudian di atasnya, mereka lipatkan sisi lainnya, dan bahkan, dengan cetakan mereka membuat sebuag lipatan kecil tambahan, begini, sebagai tambahan hanya untuk seni; kemudian kedua ujungnya mereka bikin segitiga lalu mereka tekuk ke bawah; mereka lalu menjulurkan tangannya kearah gulungan tali, menariknya seperlunya untuk mengikat bungkusan itu, dan mengikatnya dengan sedemikian cepatnya, sehinga sebelum Anda bisa mengagumi ketrampilan mereka, bungkusan itu sudah disodorkan kepada Anda, dengan simpulnya yang siap dicantolkan ke jari Anda.
NYONYA
KETINGGALAN KERETA:
Ah!
Kelihatannya anda suka sekali memperhatikan para pelayan toko…
WANITA SAKIT :
Aku? Nyonya yang baik,
kulewatkan hari-hariku di sana. Aku mampu berdiri tanpa bergerak sedikit pun, selama
satu jam, didepan etalase untuk menonton toko dari luar. Di situ aku melupakan
diriku sendiri. Aku rasanya menjadi kain itu, ingin sekali menjadi kain sutra
itu, disitu… kain drill itu…pita merah atau biru itu, yang setelah diukur oleh
gadis pelayan toko pita itu, dengan menggunakan batang meteran ──Anda pernah
lihat bagaimana mereka melakukannya? ─ Lalu digulung di ibu jari dan kelingking
tangan kirinya, dalam bentuk angka delapan, sebelum kemudian dibungkus. ( Jeda)
Kuperhatikan pelanggan pria atau wanita yang keluar dari toko, dengan bungkusan tergelantung
di jari, di tangan, atau di lengan… Kuikuti mereka dengan pandanganku, hingga
tidak tampak lagi.. sambil berangan-angan..Oh! semua yang bisa kuangan-angankan! Anda tidak bisa membayangkannya.
( Jeda. Kemudian dengan hati-hati,
seoalah berbicara kepada dirinya sendiri: ) Tapi aku memerlukannya… aku perlu itu!
NYONYA
KETINGGALAN KERETA:
Perlu? Maaf,
perlu.. apa?
WANITA SAKIT :
Mempunyai pandangan didalam kehidupan ─ maksudku melalui
angan-angan. Seperti tumbuhan
merambatdi batang- batang pagar. ( Jeda )Ah, tidak boleh membiarkan angan-angan berhenti sejenak
pun ─ tempel, tempel terus kehidupan orang lain, melalui angan-angan… Tapi jangan
orang yang aku kenal. Jangan, jangan! Untuk orang-orang itu aku tidak bisa!
Menimbulkan kesusahan. Seandainya saja Anda tahu, rasa mual.
Kehidupan orang yang tidak kukenal, yang bisa kuangan-angankan sebebasnya, namun yang tidak aneh-aneh, sebaliknya, berdasarkan tanda-tanda kecil yang kutemukan pada orang ini atau oaring itu. Seandainya saja Anda tahu bagaimana angan-anganku bekerja, sejauh mana aku berhasil masuk ke kediaman orang lain! Aku bisa melihat rumah orang ini atau orang itu, aku tinggal didalamnya, aku merasakannya, benar! Bahkan hingga mencium baunya… Anda tahu, bau khas yang mengeram di setiap rumah, di rumah Anda, dirumahku? ─ Tapi dirumah kita, kita tidak bisa membauinya lagi! Karena itu adalah bau kehidupan kita sendiri…..
Kehidupan orang yang tidak kukenal, yang bisa kuangan-angankan sebebasnya, namun yang tidak aneh-aneh, sebaliknya, berdasarkan tanda-tanda kecil yang kutemukan pada orang ini atau oaring itu. Seandainya saja Anda tahu bagaimana angan-anganku bekerja, sejauh mana aku berhasil masuk ke kediaman orang lain! Aku bisa melihat rumah orang ini atau orang itu, aku tinggal didalamnya, aku merasakannya, benar! Bahkan hingga mencium baunya… Anda tahu, bau khas yang mengeram di setiap rumah, di rumah Anda, dirumahku? ─ Tapi dirumah kita, kita tidak bisa membauinya lagi! Karena itu adalah bau kehidupan kita sendiri…..
Anda mengerti apa yang kukatakan? Ah, Kulihat Anda yang mengiyakannya...
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Ya, karena ..maksudku…
Anda pasti menikmati, mengangan-angankan, sedemikian banyak hal...
WANITA SAKIT :
(Dengan rasa kesal, setelah berpikir sebentar)
Nikmat? Aku?
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Ya… kubayangkan…
WANITA
SAKIT :
Tolong
katakana kepadaku. Anda pernah periksa ke dokter yang baik?
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Aku…belum, kenapa? Aku tidak sakit!
WANITA SAKIT :
Tidak, jangan khawatir! Aku bertanya demikian kepada Anda hanya untuk
mengetahui apakah anda pernah melihat ruang tunggu di tempat dokter-dokter yang baik itu, tempat para pelanggan menunggu
giliran untuk diperiksa.
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Ya, Aku pernah sekali mengantar salah satu putriku yang menderita
gangguan syaraf.
WANITA
SAKIT :
Bagus.
Aku tidak ingin tahu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa ruangan-ruangan itu..(Jeda)Anda pernah memperhatikannya? Dipan kain berwarna gelap, model kuno.. kursi yang sudah dijejali busa
lagi, sering tidak utuh lagi..kursi-kursi berlengan... itu semua dibeli secara
kebetulan, mebel bekas diletakkan disana untuk para pelanngan, tidak merupakan bagian
dari rumah. Tapi untuknya, untuk teman-teman suaminya, dokter itu mempunyai
ruang duduknya sendiri yang jauh berbeda, indah, mewah,. Hanya Tuhan yang tahu
bagaimana kursi atau kursi berlengan di klinik itu akan mengeluarkan sumpah
serapah aeandainya digotong ke ruang tunggu, tempat mebel yang sederhana, tahu
diri dan layak, sudahlah sangat cukup. Aku ingin tahu apakah waktu anda mengantar
putri Anda, anda memperhatikan kursi berlengan tempat Anda duduk saat itu untuk
menunggu..?
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Aku? Terus terang saja, tidak…
WANITA
SAKIT :
Ya sudah
barang tentu, karena anda tidak sakit ..(Jeda)
Tapi orang-orang yang sakit pun terkadang tidak memikirkannya juga. Karena
pikirannya terserap pada penyakit mereka.
(Jeda) Meskipun sering beberapa diantaranya terpana disana, memandangi
jari-jarinya yang seolah mengatakan bahwa lengan kursi yang mereka duduki itu
tidak ada gunanya, lengan kursi yang halus karena usang itu. Mereka
memikirkannnya tapi tidak melihatnya. (Jeda) Namun, apa yang kita rasakan saat keluar dari
ruang periksa, lalu melintasi ruang tunggu dan kemudian melihat kursi yang baru saja kita duduki itu, saat kita
tadi menunggu vonis penyakit apa yang kita idap, yang hingga saat itu belum
kita ketahui! Saat melihatnya kembali sudah diduduki oleh pelanggan lain, juga
dengan penyakit rahasianya, atau mungkin masih kosong, disana, tanpa ekspresi,
menunnggu orang lain datang mendudukinya, siapa pun juga. (jeda)
Tapi, sampai dimana kita tadi? …Oh, ya …Kenikmatan dalam berangan-angan! Siapa tahu…kenapa aku langsung berpikir pada salah satu kursi itu, di ruang para pelanngan menunggu giliran diperiksa?
Tapi, sampai dimana kita tadi? …Oh, ya …Kenikmatan dalam berangan-angan! Siapa tahu…kenapa aku langsung berpikir pada salah satu kursi itu, di ruang para pelanngan menunggu giliran diperiksa?
NYONYA
KETINGGALAN KERETA:
Ya,…
tentu, tapi…
WANITA
SAKIT :
Anda
tidak melihat kaitannya? Aku juga tidak. (
Jeda ) Tapi itu karena beberapa penggabungan angan-angan yang saling
berjauhan satu dengan lainnya sangatlah khas pada setiap orang, dipengaruhi
oleh penalaran dan pengalaman-pengalaman khusus, yang tidak akan dapat saling
dimengerti bila kita tabu membicarakannya. Analogi-analogi ini sering paling
tidak nalar. (Jeda) Namun hubungannya
barangkali disini, denmgarkan aku baik-baik! Apakah kursi itu mendapat
kenikmatan dalam mengangan-angankan siapa nyonya yang baru saja mendudukinya
itu. Atau kemana ia akan pergi. Apa yang akan ia lakukan setelah diperiksa
dokter? –Tidak ada kenikmatan sedikit pun. Sama juga denganku, tidak ada sama
sekali! Banyak pelanggan datang dan, kursi-kursi malang itu, mereka disana
untuk diduduki. Dan, pendudukan ini serupa dengan yang terjadi padaku.
Terkadang ini yang menguasaiku, terkadang itu. Saat ini, Andalah yang sedang
mendudukiku, dan percayalah kepadaku bahwa aku tidak merasakan kenikmatan apa pun
dalam memikirkan kereta yang telah meninggalkan anda, keluarga yang sedang menunggu
Anda di desa, semua masalah yang kelihatannya ada pada diri anda.
NYONYA
KETINGGALAN KERETA:
Oh,
masalahku banyak, seandainya saja Anda tahu !
WANITA SAKIT :
Bersyukurlah
kalau hanya masalah saja. (Jeda) Ada
yang lebih menyedihkan lagi, nyonya. (Jeda)
Tadi Kukatakan bahwa aku perlu berpegangan pada kehidupan orang-orang lain
melalui angan-angan, tapi begitu saja, tanpa kenikmatan, tanpa menaruh
perhatian padanya sedikit pun, sebaliknya, untuk.. untuk.. merasakan kesusahan,
untuk mengatakan bahwa kehidupan itu sedemikian hambar dan sia-sia, sehingga
benar-benar tidak ada gunanya bagi siapapun untuk merasakannya hingga akhir. (Dengan kemarahan yang suram:) Dan itu
perlu dibuktikan, Anda tahu kan? Melalui bukti-bukti dan contoh-contoh yang
tiada habisnya… Kepada diri kita sendiri, tidak dapat dipungkiri lagi. Sebab Nyonya,
walau kita tidak tahu selera hidup itu terbuat dari apa, tapi ia ada! Kita
semua merasakannya ada disana, seperti kecemasan yang mencekik leher kita,
tidak pernah terpuaskan, yang tidak akan pernah dipuaskan, karena hidup, bahkan
di saat kita hidup di dalamnya, selalu sedemikian rakus terhadap dirinya sendiri
sehingga ia tidak bisa dinikmati. Kenikmatannya berada dimasa lampau, yang tetap
hidup di dalam kita. Selera hidup kita
berasal dari sana, dari kenangan-kenangan yang merantai kita. Tapi dirantai
dari apa? Pada kebodohan ini? Pada kesusahan-kesusahan ini? Pada bayang-bayang
palsu tolol ini? …pada pikiran-pikiran konyol…? Ya, ya. Yang sekarang ini
merupakan kebodohan..! Yang sekarang ini
merupakan masalah … dan aku bahkan berani mengatakan yang sekarang ini bagi
kita merupakan kesengsaraan! benar-benar kesengsaraan… sesempurnanya
kesengsaraan, dalam waktu empat, lima, sepuluh tahun , siapa bisa mengatakan
kenikmatan seperti apa yang bisa dirasakan darinya… kenikmatan seperti apa yang
dihasilkan air mata ini..? Dan kehidupan, ya. Tuhan, baru memikirkan bahwa kita
akan kehilangannya saja sudah… (Jeda)
terutama bila kita tahu bahwa itu hanya
dalam bilangan hari saja…( Saat itu dari
sudut kanan, laki-laki berpakian hitam menlongokkan
kepanya untuk mengintip) Itu dia… Anda lihat di sana? Disana. Kataku, di sudut
…Anda lihat bayang-bayang laki-laki itu? (
Jeda) Ah, terlambat, ia bersembunyi!
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Apa? Siapa… siapa tadi?
WANITA SAKIT :
Anda tidak melihatnya? Ia
telah bersembunyi…
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Seorang laki - laki?
WANITA SAKIT :
Iya…! suamiku!
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Ah? Suami anda?
WANITA SAKIT :
(Setelah jeda sebentar) Ia selalu
mengawasiku dari jauh. Dan, percayalah, terkadang aku ingin sekali menedangnya untuk
mengusirnya. Tapi itu tidak akan ada gunanya. Ia seperti seekor anjing yang
tidak bertuan, keras kepala,
semakin ditendang, semakin menempel di kaki Anda. (Jeda) Betapa menderitanya laki-laki ini karenaku. Anda tidak dapat membayangkannya. Ia tidak makan, tidak tidur
juga. Selalu mengikutiku, siang malam, seperti itu dari jauh. Seandainya saja
ia mau membersihkan debu yang menempel di topi yang ia kenakan, dan di pakaiannya… Ia tidak lagi menyerupai laki-laki, tapi lebih mirip kain lap! Rambutnya berdebu,
keningnya juga, dan itu terus saja begitu… Padahal usianya belum ada tiga puluh
empat. (Jeda) Anda pasti tidak
percaya betapa ia menjengkelkanku. Kuberlari menghampirinya dan aku berteriak
tepat di depan wajahnya sambil mengguncangnya: Goblog! “. Ia sanggup menerima
semua itu. Ia diam disana, menatapku dengan pandangan… dengan pandangan yang
sumpah, membuat tanganku sangat gatal untuk mencekiknya. Tidak ada gunanya. Ia
menungguku pergi untuk kemudian mulai mengikutiku lagi dari jauh. (Saat itu juga laki-laki itu kembali
menonjgolkan kepalanya).
Itu, lihat…! Ia masih menjulurkan kepala
di tikungan…!
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Lelaki malang!
WANITA SAKIT :
Apa, lelaki malang? Yang ia inginkan, Anda tahu, yaitu agar aku tinggal
di rumah, tenang tenteram, agar kubiarkan diriku dimanjakan oleh perhatiannya yang paling lembut, paling bergairah, agar aku
menikmati tatanan sempurna semua ruang, kebersihan semua mebel, kesunyian sesunyi
cermin yang dulu menguasai tempat tinggalku, yang diberi aba-aba oleh bunyi
tik-tik jam gandul yang berada diruang makan –itu yang ia inginkan!
Kini kutanya kepada anda, anda, agar anda bisa mengerti kekonyolan.. Oh bukan apa yiang kukatakan,
kekonyolan!.....kebengisan yang menyeramkan dari keangkuhan ini! Kutanya Anda
apakah Anda percaya bahwa rumah-rumah di kota itu, rumah-rumah disana, kalau
mereka tahu bahwa gempa bumi akan menghancurkannya, apa mereka akan tetap
tenang di bawah sinar rembulan, berderet sepanjang jalan dan di
bundera-bunderan, mentaati peta tata kota dinas tata kota. Rumah-rumah itu, ya,
Tuhan! Walau terbuat dari batu dan kayu, pasti mereka akan lari menyelamatkan
diri! Dapatkah Anda membayangkan para penduduk kota itu, para penduduk disana,
melepas pakaian mereka dengan tenang untuk bersiap siap tidur, melipat pakaian
mereka, menaruh sepatu mereka didepan pintu dan menyusup ke bawah selimut, menikmati
kesegaran spreinya yang putih bersih, bila mereka tahu beberapa jam lagi mereka
akan mati. –Apa itu mungkin menurut anda?
NYONYA KETINGGALAN KERETA:
Itu
barangkali karena suami Anda…
WANITA SAKIT:
Biar kukatakan kepada anda! Seandainya,
Nyonya kematian itu seperti seekor serangga yang aneh, yang menjijikkan ini,
yang tiba-tiba kita sadari menempel di kita.. Anda lewat: seorang lain yang
juga lewat tiba-tiba menghentikan anda dan, dengan hari-hati menjulurkan dua
jarinya dan berkata kepada anda: ‘maaf, diam, diam! Ada kematian, itu, menempel
pada diri Anda.” Dan dengan dua jarinya, ia mengambilnya dan membuangnya. Betapa menyenangkan! Tapi kematian
tidaklah seperti salah satu serangga yang menjijikan ini. Banyak orang yang
berjalan-jalan dengan santai, dengan pikiran ditempat lain, barangkali telah dihinggapinya: tidak seorang
pun melihatnya: dan mereka, mereka dengan tenang memikirkan tentang Apa yang
akan mereka lakukan besuk, dan lusa. Sedangkan aku, (Ia berdiri) lihat, Nyonya..
Kemarilah.. (Ia menariknya bangun
dan membawanya ke cahaya lampu jalan)
Di sini, di bawah lampu ini.. sini.. akan kuperliharhatkan kepada anda sesuatu.
Lihat kemari, di balik bibirku…..
ini, Anda lihat tonjolan indah yang berwarna ungu ini? Anda tahu, apa namanya? Ah
! Nama yang sangat manis.. Lebih
manis daripada kembang gula: EPITELIOMA, itu namanya. Ucapkanlah, Anda akan
lihat betapa manisnya (Bersama-sama) EPI..TEL..IO..MA,
Anda tahu? Kematian telah mampir.Ia menanamkan bunga ini di mulutku, dan berkata
kepadaku: “Simpanlah, sobat: aku akan mampir lagi, satu sampai dua bulan lagi!” (Jeda) Jadi, katakanlah kepadaku, apakah
dengan bunga ini di mulutku, aku bisa diam tenang-tenang di rumah, seperti yang diinginkan perempuan malang
itu? (Jeda) Aku berteriak kepadanya:
“Ah, begitu, kamu ingin aku menciummu?- Ya, cium aku!” anda tahu apa yang ia lakukan
? Minggu lalu, ia melukai dirinya sendiri, di sini di atas mulut, dengan
peniti, kemudian ia memegangi kepalaku dan mau mencimku.. mencimku di mulut…Karena,
katanya, ia ingin mati bersamaku. (Jeda)
Ia sudah gila… (Kemudian dengan marah :)
Rumahku, aku tidak mau tinggal di sana. Aku, aku perlu berdiri di depan etalase
toko, untuk mengagumi ketrampilan para pelayan toko. Karena Anda tahu… Bila didalam
diriku terjadi kekosongan, sekejap saja… Anda tahu, aku mampu dengan sangat
mudah membunuh seseorang yang tidak kukenal…mengeluarkan pistolku dan membunuh
seseorang yang, karena sial nasibnya, telah ketinggalan keretanya seperti Anda…(ia tertawa). Tidak, tidak jangan
takut, Nyonya, aku hanya bercanda. (Jeda)
aku pegi dulu. (Jeda) Aku akan
membunuh diriku sendiri, kalau memang perlu… (Jeda) Tapi, saat ini sedang
banyak buah aprikot yang enak… Anda, tahu bagaimana cara Anda memakannya? Bersama kulitnya, kan? Dibelah di tengahnya: dipencet
dengan dua jari, arah memanjang… seperti dua bibir basah… Ah betapa lezatnya ! (Ia tertawa. Jeda)
Sampaikan
hormat saya kepada suami Anda juga putri - putri Anda, di desa. (Jeda)
kubayangkan mereka mengenakan pakaian putih dan biru, di sebuah padang rumput
yang indah, di keteduhan… (Jeda) Dan
tolong Bantu aku, besok pagi. Saat
anda sampai. Kubayangkan desanya agak jauh dari stasiun. Waktu fajar, Anda
dapat pulang jalan kaki. Tolong hitung jumlah tangkai yang terdapat di sebuah
rumpun semak yang pertama kali Anda jumpai. Sebanyak tangkai, sebanyak itu pula
sisa hari hidupku. ( Jeda) Tapi
pilihlah rumpun yang rimbun, tolong, (Ia
tertawa, lalu:) Selamat malam, Nyonya.
No comments:
Post a Comment